Welcome to Ana's Blog

24 Desember 2009

Mengalahkan Kebiasaan Buruk

Melakukan suatu perubahan sebenarnya tidak terlalu sulit jika kita memiliki kemauan yang kuat. Setiap manusia pasti memiliki kebiasaan buruk dan kebiasaan buruk yang sudah melekat kalau dilawan pastinya akan semakin kuat dia untuk tetap bertahan. Sebenarnya kebiasaan buruk kita itu dapat merusak otak kita loh, makanya kita harus berhati-hati dalam menjaga tubuh kita ini.
Contohnya :
  1. Tidak mau sarapan, ini kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan kurangnya masukan nutrisi pada otak yang berakhir pada kemunduran otak.
  2. Kebanyakan makan, kebiasaan ini dapat mengeraskan pembuluh otak yang menyebabkan kita pada menurunnya kekutan mental. selain itu bisa membuat kita obesitas juga kan.
  3. Kurang tidur, kebiasaan ini dapat menyebabkan sel-sel otak kita mati karena kurangnya beristirahat.
masih banyak contoh kebiasaan buruk lainnya.
Dibawah ada beberapa tips untuk menghilangkan kebiasaan buruk anda :
  1. Niatkan kita mau merubah kebiasaan buruk itu. Segala perubahan itu bertahap, jangan melakukannya sekaligus.
  2. Jauhi hal hal yang mendekati kebiasaan buruk itu.
  3. Untuk yang jarang sarapan pagi, sesuaikan jadwal makan yang sehat
  4. Bergaul dengan lingkungan yang dapat memotivasi kamu untuk berubah.
  5. Menyadari kerugian dari kebiasaan buruk itu.
  6. Optimis, bahwa kebiasaan buruk bisa kita rubah.
Berubah menuju pada kebaikan adalah hal yang positif, maka lakukanlah sesuai hati kalian.
Good Luck ^^

ceRitaku haRi iNi

Ruang pengap, lantai yang kotor, baju yang berserakan dimana-mana, semua ada dikehidupan ku sehari-hari. Pantas saja ibu sering memarahiku saat berkunjung ke kamarku. Ibuku adalah orang yang apik, dia paling tak suka melihat barang-barang kotor ada di sekelilingnya. Terkadang barang-barang yang berserakan dia buang begitu saja tanpa mempedulikan penting tidaknya, aku suka marah-marah kalau ibu sudah sembarangan membuang barang-barangku tanpa bertanya dahulu,tapi malam ini semua itu hanya akan jadi cerita saja karena ibu sudah tiada.

* * *
Ketika aku sedang menengadah kelangit luar, aku melihat begitu indahnya malam ini.Tak pernah aku merasakan ketangan seperti malam ini. Aku merasa ada yang menemaniku disetiap aku sedang sedih.Ibu aku tahu kau ada disini menemaniku, aku kangen bu, aku ingin bercerita banyak bu, ibu kenapa pergi lebih dulu, aku masih membutuhkanmu bu.
"Hari apa ini?"aku bertanya sambil berlari memasuki kamarku yang pengap itu."Hari sabtu?!OMG kenapa aku bisa lupa hari??" tingkahku semakin membrutal saat aku menyadari bahwa yang hidup di dalam diriku ini bukanlah diriku yang sebenarnya.

* * *
Kepergian ibu membuatku jatuh dan sulit bangun kembali. Aku amat merindukanmu bu. Namun semua berubah ketika aku menghadiri sebuah event yang bertemakan "jiwaku jiwa yang tangguh" kisah seorang anak berusia kurang lebih 10 tahun yang sudah tidak memiliki kedua rang tua. Anak tersebut tinggal bersama orang tua angkatnya, namun dari kisah ini yang membuat saya terenyuh, seorang anak dengan usia 10 tahun yang kerap kali di siksa oleh kedua orang tua angkatnya punya jiwa yang tangguh dalam menghadapi apa yang ada di depannya. Tanpa sepengetahuan orang tuanya anak tersebut mempunyai adik angkat yang ia temui di jalan.......

*kisah ini bersambuuuuuunnngggggg* 
^^(tulisan sekedar iseng belaka.xixixix)

20 Desember 2009

Postur Mental

Saya mengutip dari sebuah artikel psikologi, bahwa di dalam kehidupan ada penantang ada yang di tantang, ada lawan ada kawan. itulah hidup yang berkompetisi. Di jaman sekarang kita salah mengambil langkah maka kita akan kalah.

Posisi Mental


Tak bisa dipungkiri, semua orang membutuhkan strategi mempertemukan keunggulan diri guna melawan kelemahan lawan. Belajar dari pertandingan tinju di atas, kemenangan atau kekalahan dalam menghadapi problem sebenarnya tidaklah diukur oleh besar-kecil problem yang mayoritas telah didefinisikan oleh pencitraan umum sebagai suatu persoalan yang sulit, tidak mungkin atau sudah dicoba banyak orang tetapi gagal. Kenyataannya kemenangan dihasilkan oleh strategi bagaimana anda mendifinisikan keunggulan di dalam dan kekurangan di luar sehingga mampu memilih posisi untuk menempatkan postur diri (disebut juga postur mental) secara tepat di hadapan problem. Postur Diri adalah posisi mental tertentu yang anda gunakan dalam melihat suatu persoalan.


Secara umum posisi mental setiap orang dapat dikategorikan sebagai berikut:

  • Pemenang

Problem mempunyai konstruksi seperti gajah dan mayoritas orang menempati posisi mental seperti dilakukan orang buta yang meraba gajah tersebut. Dengan posisi mental demikian maka apa yang didefinisikan tentang problem tidak bisa menjabarkan sisi mana yang lebih sederhana dan lebih dulu diselesaikan kecuali hanya dimiliki oleh sedikit orang dengan posisi pemenang.

Jika merujuk pada identifikasi Dr. R.M. Bucke dalam bukunya Cosmic Consciousness (Performance Unlimited: 1998), maka karakteristik dominan dari seorang postur pemenang adalah sebagai berikut:

  1. Realistik - menempatkan posisi mental berada di atas realitas, tidak tenggelam di dalamnya.
  2. Mengakui - menerima diri, orang lain dan keadaan dengan ‘understanding as they are’
  3. Sederhana - mampu menempatkan diri secara tepat: tidak kurang dan tidak lebih
  4. Problem Solving - melihat persoalan dari partikulasi atau sudut yang paling mungkin untuk diselesaikan.

Dengan posisi mental sebagai pemenang maka sangat dimungkinkan bahwa individu akan menghasilkan kemenangan di akhir pertandingan melawan problem hidupnya. Setidaknya pun ia masih belum menang secara total tetapi setidaknya sudah bisa mengalahkan mentalitas kalah di dalam dirinya.


Who is the winner??

Orang-orang yang mengaku menang adalah oarang-orang yang berhasil dalam pembelajaran dirinya pada masalah yang sedang di hadapinya. Posisi mental pemenang dihasilkan dari upaya pembelajaran-diri secara terus menerus, perbaikan dan peningkatan dari beberapa materi berikut:

  1. Membangun karakter

Tak aneh kalau dikatakan hidup adalah permainan yang diperagakan di atas panggung di mana masing-masing orang memainkan peranannya. Posisi mental pemenang merupakan cerminan karakter mental menang dan karakter menang didasarkan pada sejauhmana anda menjiwai naskah asli anda. Orang yang memahami secara utuh siapa dirinya dengan peranan yang harus dimainkan, memahami bagaimana lingkungan dan masalah yang dihadapi maka akan menghasilkan karakter superior di mana ia menginjakkan kaki di atas bumi realitas tanpa was-was, atau rasa khawatir atas ancaman yang muncul dari sesuatu yang tidak diketahui atau virus "Jangan-jangan kalau..."

Dalam menghadapi bentuk dan jenis problem yang sama masing-masing individu bisa memiliki karakter berbeda: kalah - menang. Karakter kalah sudah lebih dulu dikuasai oleh citra yang dibuat sendiri atau kerelaan menerima secara utuh definisi atau citra dari orang lain bahwa postur problem yang dihadapi lebih besar dan tidak lagi terbuka celah untuk dilumpuhkan. Semakin lama mentalitas inferior itu menduduki wilayah kekuasaan seseorang atas hidupnya maka akan menjelma menjadi bentuk penyikapan: "The I cannot attitude".
Memiliki posisi mental pemenang atas problem yang anda hadapi diawali dari upaya kristalisasi karakter mental menang bahwa diri anda lebih besar dari problem; bahwa jumlah solusi yang mampu anda temukan lebih banyak dari jumlah problem yang anda hadapi; bahwa anda memahami siapa diri anda: kekuatan, kelemahan, dan apa yang akan dilakukan. Karakater inilah yang harus terus-menerus anda bangun.

2. Membangun keyakinan

Menghadirkan posisi pemenang atas problem mutlak membutuhkan keyakinan atas kemampuan diri (self confidence - PD). Self Confidence dibentuk dari sejumlah alasan faktual tentang kemenangan masa lalu anda atas berbagai persoalan. Semakin banyak kesuksesan masa lalu yang anda kumpulkan akan menjadikan anda semakin "PD" menghadapi persoalan sekarang. Meskipun secara data tehnis bisa jadi berbeda antara problem masa lalu dan sekarang tetapi yang perlu anda kembangkan adalah karakter mental dan rasa percaya diri.

Selain rasa percaya diri, bentuk keyakinan yang perlu anda kembangkan adalah keyakinan atas kekuatan yang menjadi sumber segala kekuatan di luar diri anda, keyakinan nilai yang gaib dan tak terlihat (invisible) atau keimanan pada Tuhan. Orang yang tidak punya keyakinan bahwa dirinya dilindungi, dibantu, dijamin perbuatannya tidak sia-sia, maka postur diri yang dihasilkan adalah postur pasrah atau kalah. Persoalannya adalah bagaimana orang bisa "mendekati" Tuhan sehingga kekuatan-Nya yang begitu besar tidak dimubazirkan oleh cara memahami yang kurang sesuai. Secara mekanisme, sejumlah agama di dunia mengajarkan pendekatan dengan doa, yang secara ilmiah membuktikan bahwa keyakinan dan doa berperan seperti sayap. Kalau anda tidak punya sayap, bagaimana mungkin terbang di atas realitas?

3. Membangun dukungan

Dukungan orang lain adalah power bagi anda untuk menghasilkan posisi mental pemenang. Tetapi mendapatkan dukungan adalah akibat (the effect) dari usaha anda menciptakan alasan bagi orang lain bahwa anda layak didukung. Semua itu perlu dimulai dari dalam guna membangun kepercayaan dan kredibilitas secara moral dan professional. Moral adalah manifestasi kepribadian yang dibentuk oleh nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keikhlasan, pengabdian dan lain-lain, sementara profesionalitas adalah penguasaan ketrampilan atau pengetahuan khusus.

Untuk mendapatkan dukungan secara utuh, sebaiknya anda menjalankan program kelayakan dipercaya secara bersamaan: moral dan professional. Sebab kenyataan membuktikan bahwa kelayakan yang dibangun hanya dari salah satu unsur itu menyimpan kata “tetapi” di akhirnya yang menandakan tidak utuh: Anda jujur tetapi…? Atau anda pintar tetapi…..?

Membangun postur diri adalah pencapaian kualitas mental dalam menghadapi problem kehidupan dari waktu ke waktu. Prinsip yang paling mendasar adalah probem bukanlah "the absolute truth of fact" tetapi murni "the shadow of mindset" yang menyisakan sekian banyak sudut pandang. Kemenangan dan kekalahan dalam melawan problem bukan ditentukan oleh ukuran besar-kecil problem akan tetapi posisi mental yang kita pilih secara rasional untuk mengambil posisi mental pemenang. Sebab fakta alamiah menunjukkan bahwa semakin "besar" ukuran seseorang semakin besar pula ukuran problem yang dihadapi. Selamat mencoba.

  • Pecundang

Posisi mental kalah atau pecundang adalah kualitas mental yang melihat problem sebagai the absolute truth of problem, sebuah alasan yang dijustifikasi dan bukan tantangan yang menuntut solusi. Kekalahan itu bisa diekspresikan dengan penolakan dalam bentuk kerelaan hilangnya harga-diri sebagai manusia normal. Postur pecundang ini tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup berbasis problem yang melihat kenyataan dengan lensa problem. Menurut Patrice Steen dan John Robson dalam artikelnya Choose What You Want in Life (Higher Awareness - Inner Journey Newsletter: 2001) karakteristik dari gaya hidup berbasis problem adalah:

  1. Ketakutan terhadap sesuatu
  2. Terintimidasi harapan pihak lain
  3. Kebiasaan yang salah dalam menangani masalah
  4. Perilaku reaktif semata

Dampak paling buruk dari postur pecundang adalah kerelaan hilangnya harga diri. Kerelaan ini kalau didukung dengan keberanian akan menghasilkan tindakan yang tidak saja merugikan diri sendiri melainkan tindakan brutal yang menghalalkan segala cara dan tentu saja merugikan orang lain.

  • Pasrah

Postur ini secara kualitatif berada di antara kedua postur di atas atau lebih tepatnya dikatakan postur berpotensi menang atau kalah, tergantung kemauannya untuk berkembang. Ciri khas yang paling menonjol adalah mempermasalahkan masalah yang sednag emnimpanya sebab bagi dirinya masalah adalah sebatas apa yang ia rasakan tidak enak. Biasanya ia sama sekali tidak mengambil prakarsa solusi secara keseluruhan atau bagiannya sebab merasa orang lain di dekatnya lebih mampu. Merujuk pada pendapat Andrew Wood dalam bukunya Life’s Champions (Hammond e-Resource: 2002) penyebab dari postur ini adalah kekurangan perangkat sumber daya berupa: pengetahuan atau ketrampilan.


Tipe apakah kamu??


Sumber :


http://www.e-psikologi.com/epsi/individual.asp



Anak Anda Stres?? Cari Tahu Penyebabnya.

Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.


Banyak hal yang bisa memicu stres muncul seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal,perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan mengadakan konsultasikepada psikiater atau beristirahat total.


Persamaan antara Stres pada anak dan Orang Dewasa.


Berdasarkan standar rasa yang umum, stress itu sama saja, mau itu bagi orang dewasa atau anak-anak. Rasanya pasti tidak enak, seperti sulit tidur, lebih agresif, lebih sensitif, munculnya ketegangan, pusing, atau menurunnya semangat hidup. Hal yang sama juga akan kita dapatkan pada bagaimana stress itu difungsikan. Menurut hukum kehidupannya, stress itu netral fungsinya, tergantung pada bagaimana stress itu akan difungsikan, mau yang ke positif atau yang ke negatif, terserah orangnya.


Perbedaan stres pada anak dan Orang Dewasa.


Bedanya, orang dewasa mungkin sudah mengantongi sekian mekanisme mengenai bagaimana stress itu difungsikan, dari pengetahuan, pengalaman, atau keahliannya. Sementara, anak-anak mungkin hanya menguasai mekanisme yang masih sangat terbatas. Terkait dengan mekanisme fungsi itulah yang kemudian muncul istilah stress positif dan stress negatif, seperti sering kita bahas di sini. Stress positif adalah berbagai tekanan yang membuat kita lebih positif, akhirnya.


Misalnya lebih terpacu mengejar target, ketuntasan, lebih kreatif, lebih disiplin, atau lebih matang, dan seterusnya. Sebaliknya, stress negatif adalah berbagai tekanan yang membuat kita semakin tertekan, semakin memburuk, baik secara fisik, intelektual, emosional, atau spiritual, lebih kacau, dan lebih mundur.


Stresssor Bagi Anak-anak


Dalam beberapa hal yang sangat spesifik, anak-anak memiliki sumber stresssor yang berbeda dengan orang dewasa, mungkin ini lebih terkait dengan alamnya, kebutuhannya, atau jangkauannya. Sumber stresssor yang spesifik untuk anak itu antara lain adalah pelajaran sekolah. Pelajaran sekolah bisa berpotensi menjadi stresssor ketika pelajaran itu diberikan dalam jumlah yang banyak, dalam waktu yang sangat pendek, atau dengan cara yang mengandung ancaman menurut pemahaman anak.


Selain Pelajaran sekolah yang bisa membuat anak menjadi stres, pergaulan juga kerap menjadi sumber stressor. Anak-anak pada umumnya berbeda-beda, mungkin ada anak yang punya bawaan bullying (penindas) namun ada juga anak yang menjadi korban bullying. Pergaulan yang banyak mengandung ancaman, kekerasan, ketakutan, tidak seimbang juga sangat mungkin menimbulkan stres.


Hal yang dapat membuat anak stres bisa di picu dari pengasuhan atau keadaan keluarga. Model pengasuhan yang memakai ambisi, amarah, iri dengki terhadap anak sangat mungkin menjadi penyebab stressor bagi anak. Sikap oarang tua yang cuek, tidak peduli pada anak juga dapat membuat anak menjadi stres.



Beberapa Gejala Stress Pada Anak-anak.


Dari sejumlah pemaparan ahli, ada beberapa gejala yang umum yang bisa kita pakai sebagai reminder / perhatian apakah anak kita sedang menghadapi stresssor atau tidak. Atau, setidak-tidaknya, kita perlu mengintensifkan dialog untuk memverifikasi atau mengkonfirmasi perasaannya.


Untuk anak-anak yang masih duduk di bangku SD, beberapa gejala itu antara lain:

  • Enggan masuk sekolah
  • Berbohong tanpa alasan yang bisa diterima akal sehat
  • Mencuri yang merupakan indikasi adanya pelampiasan kengawuran (losing control)
  • Tidak semangat belajar atau kurang konsentrasi belajar
  • Hilangnya semangat hidup sehingga rewel, ngambekan, atau tidak berdamai dengan keadaan
  • Sikap cenderung lebih menentang
  • Hiperaktif
  • Ngompol
  • Problem makan
  • Mudah mengeluhkan rasa sakit, seperti pusing, sakit perut, atau rasa sakit yang lain
Bagi anak-anak yang sudah mulai menginjak usia remaja, mungkin akhir kelas 6 atau awal masuk SMP (kelas 7), gejala yang perlu kita amati antara lain:
  • sakit-sakitan atau mengalami banyak keluhan fisik.
  • ada problema tingkah-laku, misalnya nakalnya menonjol, rasa malu berlebihan, ketakutan atau kekhawatiran, mudah tersinggung atau cepat kehilangan kontrol diri, atau malas-malasan belajar.

Beberapa Cara Membantu Mereka



Di luar dari apa yang perlu kita lakukan untuk membantu anak-anak, yang perlu kita tanyakan lebih dulu adalah apa yang mereka pikirkan untuk mengatasi masalahnya. Tujuan pertanyaan itu bukan untuk menemukan jawaban yang paling bagus menurut kita, tetapi untuk melatih mereka memunculkan kemandirian, minimalnya dalam berpikir.


Supaya suasana dan prosesnya eksploratif dan kreatif, yang perlu kita hindari adalah menghakimi jawabannya atau menunjukkan sikap yang meremehkan, seolah-olah jawabannya itu tidak berbobot, atau langsung memotongnya. Justru yang perlu kita tunjukkan adalah menjadi pendengar yang baik dan merangsang mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka terpacu untuk berpikir bagaimana menemukan solusi dari masalahnya.


Khusus untuk masalah pergaulan, mau itu dengan teman atau guru, yang perlu kita hindari adalah membelanya habis-habisan atau menyalahkannya habis-habisan. Membela tanpa alasan dapat melemahkan mentalnya. Sebaliknya, menyalahkan anak yang sedang terkena masalah dapat memunculkan perasaan nobody helps them. Yang perlu kita lakukan adalah fokus pada persoalan dan bagaimana persoalan itu diselesaikan dengan cara yang membuat dia lebih pintar atau lebih matang.


Untuk hal-hal yang perlu kita lakukan sebagai bantuan, kita bisa memformulasi strategi atau langkah berdasarkan kebutuhannya. Sekedar sebagai acuan / pilihan, kita bisa mengacu pada poin-poin di bawah ini:

  1. Mengantisipasi: membantu mereka mengerjakan PR atau mengajari cara-cara belajar yang lebih mudah, menjalin hubungan yang lebih cooperative dengan guru kelas, sering-sering berdialog agar cepat terdeteksi masalahnya, menunjukkan perhatian dan dukungan yang tulus. Ini bisa mengantisipasi stresssor.
  2. Mengarahkan, misalnya menjelaskan makna atau mengarahkan sikap positif. Ini pas digunakan untuk menjelaskan stresssoryang memang harus diterima, misalnya kematian, bencana, atau kepergian sahabat.
  3. Memperbaiki mekanisme atau siasat mental. Ini pas untuk melatih anak yang sedang punya masalah pergaulan yang menurut kita masih belum saatnya didiskusikan dengan pihak sekolah
  4. Memotivasi atau membesarkan hatinya yang diikuti dengan program nyata. Misalnya nilainya jatuh atau dihukum sekolah karena keteledorannya. Yang perlu kita lakukan adalah mengajak dia untuk meningkatkan kuantitas atau kualitas belajarnya. Tanpa program yang nyata, bisa-bisa kita membohongi mereka.
  5. Melaporkan ke sekolah / guru. Ini jika di kelas sudah terjadi praktek bullying yang didiamkan atau di luar kontrol guru. Kalau ada anak lain yang juga menjadi korban, kita perlu ajak orangtuanya untuk mendiskusikan solusinya dengan pihak sekolah. Tapi, karena anak-anak, maka fokus kita adalah problem dan solusi, bukan ke anaknya.

Ada konsep pendek yang bisa kita terjemahkan sevariatif mungkin untuk membantu mereka dalam mengatasi stress. Sebenarnya ini juga pas buat orang dewasa seperti kita. Konsep yang yang pendek itu adalah:

  • Membiarkan, untuk hal-hal yang sudah tak mungkin diubah.
  • Melakukan sesuatu, untuk hal-hal yang memang harus diubah atau masih bisa diubah
  • Mengantisipasi kejadian atau akibat yang bisa menjadi stresssor.

Semua itu butuh proses. Tidak bisa kita menyuruh anak untuk melupakan atau membiarkan sesuatu yang ia anggap itu menekan dirinya. Membiarkan pun butuh proses. Dalam banyak hal, peranan waktu menjadi penting.



Sumber :


www.wikipedia.org


http://www.e-psikologi.com/epsi/anak.asp

16 Desember 2009

Fenomena Di Balik Kampung idiot

Idiot berasal dari bahasa Yunani idiotes "Orang yang kekurangan profesional","Individual" darikata idios "pribadi". Dalam bahasa latin kata idiota berarti "Orang tak berpendidikan". Para medis dan psikologi abad ke 12 dan awal abad ke 20,"idiot" adalah orang yang memiliki tingkat IQ yang sangat rendah, sekitar dibawah 20.

Kata idiot sudah tak asing lagi di telinga masyarakat pada umumnya,namun kalau kita memdengar satu kampung mengalami cacat mental sangatlah mengagetkan. Betapa tragisnya ketika mendengar berita tersebut. Di sebuah Desa kecil yang letaknya di kota Ponorogo Jawa Timur hampir semua masyarakatnya mengalami keterbelakangan mental atau "idiot". Dari data Kabupaten Ponorogo ada 111 jiwa yang masuk kelompok keluarga dengan masalah keterbelakangan mental, sebagaimana data resmi desa setempat, mayoritas warga idiot ini berusia 40 tahun ke atas. Sebagian lain berusia antara 30-40 tahun, dan sebagian kecil adalah usia balita sampai dewasa. Dari total 1.756 KK yang tercatat di administrasi desa, 1.203 KK di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah sebanyak itu sudah termasuk 49 KK yang sebagian atau seluruh anggota keluarganya mengalami keterbelakangan mental.

Kampung idiot??Bagaimana tidak, sedangkan asumsi makanan saja tidak terpenuhi. Mereka hidup dalam kemiskinan. Sungguh miris mendengarnya. Di Negara yang makmur seperti ini setidaknya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, walaupun tidak memakan nasi setiap harinya. Kita putar Zaman sebelumnya, mereka bercocok tanam untuk kebutuhan mereka, kenapa tidak kita contoh??!

Pemerintah Jawa Timur telah memberikan bantuan sebesar Rp1,9 miliar kepada sejumlah penderita
keterbelakangan mental (idiot) yang berada di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Pemberian diberikan secara simbolis oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo kepada Sekretaris Daerah Ponorogo Luhur Karsanto saat meresmikan Terminal Kertonegoro di Ngawi, Jatim, Senin."Bantuan ini dimaksudkan untuk meringankan beban warga yang tergolong tidak mampu karena keterbelakangan mental dan ekonomi di pelosok Ponorogo," ujarnya setelah meresmikan Terminal Ngawi.

Bantuan sebesar Rp1,9 miliar tersebut akan diberikan dalam bentuk pemberian 10 ekor ternak kambing dari Dinas Sosial Provinsi Jatim, dan 2 ton beras dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jatim. Lalu, 10 tangki air bersih dari dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jatim, pembangunan sumur dari Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Provinsi Jatim, serta bibit sayuran dari Dipertan Provinsi Jatim. "Kasus kampung idiot sebelumnya pernah disorot oleh berbagai pihak. Melalui bantuan ini diharapkan dapat membantu kehidupan warga miskin yang ada di sana," katanya.

Kampung Idiot kini telah ditangani oleh Pemerintah Jawa Timur. Semoga tidak terjadi kasus seperti ini lagi. Bantulah Orang-orang sisekitar kalian semampunya karena sekecil apapun itu balasannya akan lebih besar.


Sumber :

www.wikipedia.com

www.lintasberita.com/.../menyedihkan-menyibak-fenomena-kampung-idiot-di-ponorogo-jawa-timur-must-know

www.republika.co.id/.../Pemprov_Jatim_Bantu_Kampung_Idiot_Ponorogo_Rp_1_9_Miliar

Buku Tamu


ShoutMix chat widget
 
Blogger design by suckmylolly.com