Welcome to Ana's Blog

14 Mei 2011

kepadatan dan kesesakan

Menurut Sundstrom, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (dalam Wrightsman&Deaux, 1981). Kemudian menurut Sarwono (1992), yakni suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya. Selain masalah ruangan, kepadatan juga menyebabkan adanya perubahan perilaku serta mempengaruhi kesehatan fisik serta psikologis seseorang.

Kepadatan juga memiliki hubungan dengan perilaku tolong menolong seperti yang dikatakan oleh Milgram (dalam Wrightsman & Deaux, 1984). Dalam teori ini menjelaskan bahwa kondisi yang padat yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti factor perbedaan individu, situasi, dan kondisi social mengakibatkan perolehan stimulus yang berlebihan, sehingga individu harus melakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus-stimulus yang akan diterima dengan memberi sedikit perhatian terhadap stimulus lain yang masuk. Hal ini dapat dilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak dengan orang lain, yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku menolong pada individu.

Hubungan antara kepadatan dan kesesakan bukanlah suatu hubungan sebab-akibat, melainkan kepadatan merupakan salah satu syarat terjadinya kesesakan.

  • Kategori Kepadatan

Kepadatan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Holahan (1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori, yaitu kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan sejumlah individu tetap, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruang dan kepadatan sosial (social density) yang terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu. Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian dan struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman, sehingga suatu wilayah pemukiman dapat dikatakan mempunyai kepadatan tinggi atau kepadatan rendah. Taylor (dalam Gifford, 1982) mengatakan bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang sangat penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal seseorang di suatu tempat tinggal. Oleh karena itu, individu yang bermukim di pemukiman dengan kepadatan yang berbeda mungkin menunjukkan sikap dan perilaku yang berbeda pula.

  • Akibat-akibat Kepadatan Tinggi

Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling, 1978). Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling, 1978; Gifford, 1978).

Akibat secara psikis antara lain :

a. Stres, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negatif, rasa cemas, stres, (Jain, 1978) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1978).

b. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982; Gifford, 1978).

c. Perilaku menolong (perilaku prososial), kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan 1982; Fisher dkk., 1984).

d. Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya pada saat tertentu (Holahan, 1982).

e. Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustrasi dan kemarahan serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).

KESESAKAN

Menurut Rapoport (dalam Stokols dan Altman, 1987) mengatakan bahwa kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi, sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruang yang tersedia. Kesesakan berhubungan erat dengan kepadatan namun kepadatan bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, jika beberapa orang dalam suatu ruangan yang luas, dan ada seseorang pembuat keributan di ruangan itu. Orang lain yang terganggu yang tidak mampu mengusir si pembuat keributan akan menimbulkan perasaan cemas atau stres yang dapat mengurangi efektivitas respon pengatasan, lalu kesesakan privasi akan timbul. Sampai satu orang lainnya memukul pembuat keributan. Altman (1975) menerangkan bahwa tiap individu mempunyai tingkat privasi yang berbeda. Privasi yang diinginkan individu dapat dicapai dengan menggunakan mekanisme coping , verbal, non verbal dan perilaku teritori.

Pada dasarnya batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan, yaitu :

a. Faktor Personal, terdiri dari :

· Kontrol pribadi dan locus of control

· Budaya, pengalaman, dan proses adaptasi

b. Faktor Sosial

· Kehadiran dan perilaku orang lain

· Formasi koalisi

· Kualitas hubungan

· Informasi yang tersedia

c. Faktor fisik

Pengauh negatif kesesakan tercermin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stres, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat, dan bahkan juga gangguan mental yang serius.

Individu yang berada dalam kesesakan juga akan mengalami malfungsi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala-gejala psikosomatik, dan penyakit-penyakit fisik yang serius (Worchel dan Cooper, 1983).

Perilaku sosial yang seringkali timbul karena situasi yang sesak antara lain adalah kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, berkembangnya sikap acuh tak acuh, dan semakin berkurangnya intensitas hubungan sosial (Holahan, 1982).

Sumber Referensi :
Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Universitas Gunadarma.

0 komentar:

Buku Tamu


ShoutMix chat widget
 
Blogger design by suckmylolly.com